Hari ini ada acara reuni teman-teman SMA dulu. Hmm… pasti seru, pikirku. Ku kenakan sebuah gaun indah berwarna pink. Lalu ku sisir pelan rambutku yang panjang tergerai. Ku sematkan sebuah jepitan rambut di bagian rambut sebelah kiri. Ku poles wajahku dengan beragam alat make up. Dan hanya perlu waktu 15 menit, hop.. selesai ! Langkah terakhirku adalah high hells. Dan aku pun siap untuk berangkat.
Setibanya di sana tampak sudah banyak orang yang datang. Baru menginjakkan beberapa langkah masuk ke ruangan tersebut, di dalam sana ada seorang cewek yang melambaikan tangannya padaku. “Rani, sini !!” panggilnya. Aku pun menghampiri teman akrabku itu yang bernama Cinta.
“Halo Cinta ! Kamu cantik banget.” Ucapku sembari memeluk dan mencium pipi kiri dan kanannya.
“Ah bisa aja, kamu juga nggak kalah cantik kok.” Balasnya.
Seru juga sih. Cukup ramai, karena kali ini adalah reuni alumni 2003 sampai dengan 2010. Agak canggung rasanya. Banyak orang yang nggak aku kenal. Entah kemana teman-temanku yang lain. Mungkin pada ngurusin kesibukan mereka masing-masing.
“Hei Ran, jangan bengong aja.” Tegur Cinta. Aku pun tersentak dari lamunanku. “Sini aku kenalin sama cowok aku.” Ajak Cinta. Aku pun mengikuti ajakannya. Tampak segerombolan orang yang didominasi cowok. Dan aku diajak Cinta ke gerombolan mereka.
“Hai semua… ! Kenalin neh teman akrabku waktu SMA dulu, namanya Rani.” Ucap Cinta memperkanalkan aku pada teman-temannya.
“Cowok kamu mana Cin?” bisikku.
“Oo iya, kamu belum kenal ya sama cowok aku. Emh.. nah tuh dia di sana, ayo ikut aku.” Ajak Cinta lagi menghampiri 2 orang cowok yang sedang duduk dan memainkan gitarnya. Aku pun dikenalkan Cinta pada cowoknya yang bernama Anjar. Dan tak lupa pada satu orang cowok yang dari tadi bersama Anjar, namanya Koko.
Anjar dan Cinta sedang asyik ngobrol berduaan. Sedangkan aku? Aku ditinggalkannya berdua bersama temannya yang bernama Koko ini. Mau ngobrol apa aku? Aku kan baru kenal sama dia. Jadi sama-sama canggung. Aku pun memainkan handphoneku, dari pada bengong nggak karuan. Selagi aku asyik mengotak-atik HP ku, terdengar suara merdu di dekatku. Suara merdu nan indah yang sedang melantunkan lagu mellow dan disertai petikan gitar yang seirama.
“Ya ampun suaranya bagus banget. So sweet !!” Kagumku dalam hati. Jujur aku sangat suka mendengar seorang cowok nyanyi sambil main gitar. Bagiku itu hal yang romantis. Hal kecil, tapi manis banget.
“Suaranya bagus.” Pujiku pada Koko. Koko yang dari tadi memainkan gitarnya pun berhenti saat aku memujinya begitu.
“Ah masa? Jarang-jarang loh ada yang bilang kalau suara gw itu bagus. Tapi by the way, thanks yah.” Ucapnya.
“Iya sama-sama.” Balasku.
“Oya, mau request apa? Ntar gw mainin plus nyanyiin jg.” Tawarnya padaku.
Hmm… jarang-jarang dinyanyiin cowok cakep kayak dia, bagus pula suaranya, pikirku. “Emm… lagu yang tadi kamu nyanyiin aja. Kebetulan aku suka lagu itu kok.” Ucapku malu-malu. Koko pun memetik gitarnya dan mulai menyanyi untukku. Ada sesuatu di hatiku yang bergetar saat dinyanyiin sama dia. Rasanya seperti meleleh kaya es krim kena panas, hihihi lebay yaahh. “Bagus banget… Lama-lama aku jadi naksir neh.” Gurauku. Koko pun ikut tertawa mendengar gurauanku.
Malam yang indah bagiku bisa bertemu cowok seperti Koko, si pelantun lagu yang indah. Dan aku juga sempat merekam suara dia nyanyi tadi, tentunya tanpa sepengetahuan dia. Dan sekarang rekaman itu aku jadiin nada pesan singkatku.
“Dia baik, perhatian juga.” Gumamku. “Iihh kok aku jadi ingat dia terus.”
Semenjak malam itu, aku dan Koko jadi sering ketemu.
“Ran, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Ucap Koko.
“Ngomong apa Ko? Ngomong aja.”
“Emh…. Itu… eh, nggak jadi deh.”
“Iihh, ko kamu jadi aneh gitu sih? Mau ngomong apaan? “
“Aku… “ Ucapnya terputus-putus. “Aku…” Lanjutnya lagi. “Aku sayang sama kamu.” Ucapnya, yang sedikit membuatku kaget. Walaupun sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama dengannya. “ Aku sayang sama kamu. Tapi aku takut. Karena menurutku ini semua salah. Kamu sudah punya Boby, dan aku nggak mau ganggu hubungan kalian. Tapi di satu sisi, aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu.” Ungkapnya.
“Ya udah, kalau gitu, jangan jauh-jauh dari aku.” Pintaku. Jujur dalam hatiku, aku sayang sama Boby, pacarku yang sekarang, tapi aku jalan sama Koko. Koko yang selama ini temanin aku dalam suka dan dukaku. Koko yang selama ini slalu buat aku tersenyum. Dan Koko juga yang selama ini sudah banyak meluangkan waktunya untukku, hanya untuk temani aku. Bukan Boby, pacarku tapi dia selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Yang bahkan aku nggak tahu urusan apa sebenarnya sampai dia nggak bisa beri waktunya untuk temanin aku. Tapi Boby pacarku. Dan aku sudah terlanjur pacaran sama Boby. Aku juga sayang Boby. Tapi aku cinta Koko.
Salahkah aku? Dosakah aku? Pikirku. Mungkin waktulah yang akan menjawab semuanya.
Hari ini aku mau jalan sama Koko. Dia ngajak aku keliling kota dari pagi jam 9 sampai sekarang. Sekarang sudah larut malam, tapi aku masih bersama Koko. Kami berdua duduk di dalam mobilnya yang di parkir di depan rumahku.
“Thanks ya Ran, sudah mau nemenin aku seharian ini.” Ucap Koko.
“Iya, sama-sama.” Ucapku sembari tersenyum manis. Seperti tak ada habisnya kami mengobrol semalaman tanpa rasa ngantuk. Dan tak terasa jam pun sudah menunjukkan jam 4 pagi. Dan kami masih asyik ngobrol dalam mobilnya.
“Kepalaku sakit.” Ucap Koko tiba-tiba, sembari memegangi kepalanya.
“Kamu kenapa? Pasti gara-gara belum tidur ya? Ya ampun, ya sudah kamu bobo gih, istirahat.” Cemasku.
“Iya. Ini juga karena penyakit turunan dari mama. Mama meninggal dulu karena penyakit ini.” Curhatnya.
“Penyakit apa?” tanyaku penasaran.
“Penyempitan pembuluh darah otak. Dan aku lupa bawa obatnya. “
“Kamu juga sih. Sudah tahu obat itu penting buat kamu, kenapa nggak dibawa. Ceroboh.” Bawelku.
“Iya, iya… aku salah. Ya sudah kamu tidur duluan ya. Aku temenin.”
“Kamu juga tidur.”
“Nggak bisa. Kalau kumat kaya gini aku nggak bisa tidur, kecuali kalau sakitnya hilang. Kamu tidur duluan aja. Aku temenin.” Jelasnya. Aku pun tertidur di sampingnya. Tidur dibahunya.
Dan saat aku terbangun. Aku sudah ada di tempat tidur kamarku. Entah kapan dia mengantarku ke kamar. Ku temukan sepucuk surat di samping badanku. Lalu ku baca surat itu.
Rani…
Saat kamu terbangun dan membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak bersamamu lagi.
Dan suatu saat, bila aku menghilang dari hidupmu, ingatlah aku slalu.
Dan berjanjilah, kamu selalu tersenyum dan jangan pernah sedih lagi.
Aku akan selalu menyayangimu.
Baik-baik sama Boby ya. Semoga hubungan kalian langgeng.
I will always love you
Met bobo. Mimpi Indah.
Have a nice day
Kiss
Koko
Tanpa terasa pipiku tlah dibasahi air mataku. Aku sudah sangat menyayanginya. Lebih dari aku menyayangi Boby. Dan lebih dari rasa sayang pada diriku sendiri. Sekarang dia menghilang. Entah kenapa, entah bagaimana, entah dimana, entah apa penyebabnya, aku nggak tahu. Dan aku nggak pernah tahu. Akankah dia kembali? Aku juga nggak pernah tahu. Semuanya adalah permainan waktu. Waktulah yang membawaku bersamanya selama sebulan ini. Satu bulan terindah dalam hidupku. Bersamanya begitu indah bagiku. Tak pernah aku merasakan sebahagia itu saat bersamanya. Dan hanya bersamanyalah rasa bahagia yang sangat sangat bahagia aku rasakan. Dan entah kapan aku bisa merasakannya lagi. Entah bersama dia, atau tak pernah merasakannya lagi.
Semuanya jadi misteri bagiku. Dan aku bersyukur dia telah memberiku kenangan satu bulan terindah yang akan slalu aku kenang hingga saat ini. Terima kasih Koko. Walaupun nanti aku bersama orang lain, rasa sayang tetap masih ada bersamamu. Aku akan slalu memimpikanmu, walau itu rasanya tak mungkin bisa terjadi. Walau semua itu hanyalah sebuah mimpi, aku mau. Aku mau bersamamu hingga nanti. Hingga aku tak bernyawa lagi. Hingga aku tak bisa melihat dunia ini lagi.
Untuk saat ini aku hanya bisa berdoa. Semoga aku dipertemukan lagi denganmu, dengan waktu, tempat dan takdir yang indah. Harapanku besar bersamamu.
I will always love you Koko. Kenangan satu bulan terindah itu akan slalu aku bingkai di hatiku. Dan akan aku jadikan sebuah bukti pada Yang Kuasa agar kita bisa disatukan kembali olehNya.