“Hmm…aku emang di takdirin jadi detektif.” Pikir seorang cowo yang masih duduk di kelas 3 SMP. Instinknya yang berlebihan membuat dia merasa seperti Shinici Kudo, tokoh detektif kartun pujaannya. Kemudian pandangan Sonny tertuju pada seorang cewe berbaju pink yang berdiri di depan deretan buku-buku pelajaran. Sonny mengerutkan keningnya. Matanya tak lepas dari gerak-gerik cewe itu. “Kenapa dia aneh banget ya? Dia keliatan gugup kalo aku mengamatinya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya.” Simpul Sonny. “Harus ku selidiki!!”
Sonny beranjak mengikuti cewe yang berwajah oval itu menuju keluar toko buku. Layaknya detektif yang lagi menyamar, Sonny pura-pura berjalan sambil menikmati suasana sekitar. Satu persatu melintasi pertokoan. Sesaat cewe itu menengok ke belakang dan tampak curiga pada Sonny yang selalu ada di belakangnya. Dan Sonny pura-pura seperti biasa-biasa saja sambil melakukan hal-hal yang tampak menyibukkan dirinya agar cewe yang diikutinya itu gak curiga.
Cewe itu semakin lama semakin cepat melangkahkan kakinya. Hingga di perempatan jalan, Sonny kehilangan jejaknya.
***
Sonny merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya yang cukup empuk baginya untuk menghilangkan rasa capeknya. Sejenak dia terhanyut dalam ketenangan dan keletihannya. Matanya terpejam. Dia melihat sesosok cewe yang di temuinya tadi di toko buku. Cewe itu menghampiri Sonny,“Nyari komik detektif Conan ya?”.
Seketika Sonny membelalakkan matanya. Pikirannya berkecamuk gak karuan. “Ka Sonny tadi nyari komik detektif Conan kan?”. Adiknya, Tara tiba-tiba ada di depan matanya. “Bukunya mana ka? Tara pinjam donk!”
“Ya ampun….!” Seru Sonny menepuk jidadnya dengan tangan kanannya. “ Gw lupa beli Tar. Ini gara-gara cewe mencurigakan tuh tadi, makanya gw lupa beli.”
“Huh…Ka Sonny aneh, masa tiap ketemu orang dibilang mencurigakan.” Cibir Tara. Dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah kakaknya yang udah sering kayak githu.
“Eh, anak kecil sok tau lo ya! Enak aja gw dibilang aneh. Gini-gini kan gw kakak lo!”. Sonny kembali menghempaskan tuuhnya di atas tumpukan kasur yang tadi membawanya bermimpi tentang cewe itu.
“Lo cewe yang ada di toko buku kemarin kan?” tanya Sonny sok akrab. “Kenalkan nama gw Sonny.” Dia mengulurkan tangannya ke hadapan cewe yang berwajah manis itu. Sembari tersenyum, cewe itu menyambut hangat tangan Sonny. “Aku Gadis.” Ucapnya. “ Kamu yang ngikutin aku kemarin kan?”
“Apa?? Ah enggak kog. Siapa bilang gw ngikutin lo. Kemarin gw mau pulang kog, bukan ngikutin lo.” Sahut Sonny sedikit ngeles. “Ya kebetulan aja gw pulang lewat sana. Sekalian mau jalan-jaln juga. Udah lama sih gw gak lewat sana. Hahaha….” Lanjutnya sambil cengengesan.
“Oh…. Aku kira kamu ngikutin aku. Sorry ya!”
“Iya, gak papa kog.” Sonny tersenyum lebar sampai giginya yang gak rapi keliatan.
“ Abis kamu juga sih kemarin liatin aku kaya penjahat aja. Serem tau!!” Goda Gadis.
“Hahaha bisa aja. Itu kan karena lo….” Tiba-tiba omongan Sonny terputus. Karena gak mungkin donk dia bilang ama Gadis kalo dia ngeliatin Gadis kemarin gara-gara dia curiga ama Gadis. “Karena apa?” Gadis tampak penasaran.
“ Emm…” Sonny terdiam memikirkan alasan yang tepat untuk ngeles lagi. “ Karena kamu cantik, secantik nama kamu, Gadis.”
***
Tit tut tit tut tit tut…
Jam weker di kamar Sonny bebrbunyi.
“Hah…!!! Jam 7?? Ya ampun, gw telat….” Sony bergegas ke kamar mandi lalu sarapan dan cabut ke sekolahnya.
Tiba di depan gerbang sekolah, Sonny melihat Gadis berdiri di pinggir jalan. Sonny gak jadi masuk ke dalam sekolah. Dia menyeberang dan menghampiri cewe itu. “Gadis…. Gadis…!!” Sonny memanggil-manggil cewe itu tapi dia gak menoleh. “Gadis!” Sonny menepuk bahu sebelah kanan cewe itu. Tapi dia malah takut melihat Sonny. “Hey Gadis! Masih ingat gw kan? Lo mau kemana? Ke sekolah ya? Oya, lo sekolah dimana, gw belum sempat tanya kemarin.” Cewe itu malah gak menjawab pertanyaan Sonny, tapi dia bingung dengan apa yang di omongin Sonny. Tiba-tiba seorang ibu-ibu menghampiri Gadis. “Gladis, kenapa kamu belum berangkat juga.” Ibu itu mengalihkan pandanganya pada Sonny. “ Dia siapa? Temen kamu ya?”
“Gladis???” Sonny mulai bingung. “ Oh, mungkin gw salah denger.” Pikirnya.
Cewe itu gak menjawab pertanyaan dari ibu itu, tapi malah mengerakkan kedua tangannya membentuk sebuah isyarat yang gak dimengerti oleh Sonny.
“Kamu siapa? Kata Gladis, kemarin kamu mengikuti dia dari toko buku sampai perempatan jalan.” Ucap ibu itu menerjemahkan isyarat cewe itu.
“Namanya siapa? Gladis?” tanya Sonny.
“Iya. Namanya Gladis. Dia keponakan tante. Dari lahir dia udah gak bisa bicara.”
“Oh maaf tante, saya salah orang. Bilangin maaf ya tante sama Gladis.” Ucap Sonny yang buru-buru pergi menuju ke sekolahnya lagi.
Tiba di depan gerbang sekolah, ternyata pintunya udah dikunci. “Sial!! Udah jam 8 lewat, telat nih gw. Shit…gak jadi sekolah deh!”
Sonny balik lagi ke rumahnya. “Kenapa? Gak sekolah ya ka? Emangnya libur?” tanya Tara yang gak masuk sekolah karena masih kena cacar. “Telat!!”
“Hahaha….kaka sih pake ngigau segala, makanya telat.”
“Emang gw ngigau apaan?”
“ Karena kamu cantik, secantik nama kamu, Gadis.” Goda Tara sambil buru-buru kabur dari hadapan kakaknya.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar