Sabtu, 10 Desember 2011

Cara memasang YM button pada BLOGSPOT

Aku menulis ini sesuai dengan pengalamanku aja ya, makanya aku cuma ngasih info pada blogspot, bukan pd blog lainnya.
karena nantinya kalo aku nulis ini trus nggak berhasil kan aku nggak tau cara mengatasinya.

Begini neh temen-temen caranya, simak dan pahami yaa !!

1. Klik rancangan pada Dasbor atau beranda blog anda
2.Klik Tambah Gadget, nanti akan muncul tampilan Tambahkan Gadget, cari dan klik HTML/JavaScript
3. Lalu isi konten pada HTML tadi dengan kode berikut :

    <a href="http://messenger.yahoo.com/edit/send/?.target=YOUR-YM-ID">
<img src="http://opi.yahoo.com/yahooonline/u=YOUR-YM-ID/m=g/t=2/l=us/opi.jpg" border="0" alt="Status YM" /></a>

 NB :
pada kalimat YOUR-YM-ID atau yang berwarna ungu, ganti dengan ID YM anda, dan yg berwarna biru atau t=1 ganti dengan pilihan t=0 sampai t=16, yaitu gambar button yang anda sukai, seperti berikut :


t=0                        t=1                           t=2                                               t=3
                              


t=4                                                                    


 t=5t=6
   


                
















t=7












t=8










t=9










t=10














t=11














t=12














t=13
















t=14














t=15














t=16
















untuk contoh lebih rincinya lagi, lihat kode HTML punya saya ini :



<a href="http://messenger.yahoo.com/edit/send/?.target=jeyek.manda">
<img src="http://opi.yahoo.com/yahooonline/u=jeyek.manda/m=g/t=14/l=us/opi.jpg" border="0" alt="Status YM" /></a>



setelah selesai, tinggal klik simpan
tinggal lihat hasilnya ^_^


CINTAMU PALSU

Semakin hari semakin sayang aku pada Denny, pacarku. Mungkin karena usia hubungan kami ini masih dini, masih 3 bulan. Jadi masih lengket kayak perangko, hehehe. Aku sayang dia, dan begitupun dia. Itulah yang aku rasakan selama ini. Rasa sayangnya padaku tak seperti pacar-pacarku yang dulu. Mereka menyayangiku, tapi ada maunya. Ada yang hanya ingin manfaatin doing, ada juga yang otaknya cuma pikiran-pikiran negatif saja, dan bahkan ada pula yang hanya mempermainkan perasaanku saja, pelampiasan sesaat baginya.
Tapi kali ini berbeda. Denny menyayangiku dengan cara yang berbeda. Dia memperlakukanku dengan istimewa. Dia tak pernah memperlakukanku dengan buruk. Bagiku dia perfect. Walaupun orang-orang berpikiran berbeda, tapi begitulah menurutku. Teman-temanku sering bilang. “Karena kamu sayang sama dia Nes, makanya kamu ngerasa dialah yang paling baik dan dialah yang paling sempurna.” Mereka berpendapat aku kena syndrome CINTA, karena aku terlalu mencintai Denny sehingga aku berpikiran apapun yang menyangkut Denny itu benar dan bagus. Entahlah. Aku jalani saja semuanya. Dan berharap akulah tulang rusuk yang selama ini dicari Denny. Tapi teman-temanku selalu mengolok-olokku dan bilang, “ Jangan terlalu terbuai. Jangan terlalu percaya. Omongan cowok tuh rata-rata emank begitu.” Aku tak pernah bilang ucapan mereka itu salah. Dan aku juga nggak mau ucapan mereka itu jadi benar.
Hari yang ku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari specialku. Hari istimewaku. Dan ku ingin dihari yang istimewa ini aku ditemani oleh orang yang aku sayang, yaitu Denny. “Apa ya kado buat aku?” tanyaku dalam hati. Membayangkan kado apa yang diberikan Denny padaku diusiaku yang genap 23 tahun ini. Ku telpon Denny, dan kuminta dia datang ke rumahku.
Tak lama kemudian Denny pun datang.
“Hari ini temanin aku sampai ntar malam ya sayang.” Pintaku pada Denny.
“Aduuhh, kalo sampai malam aku nggak bisa sayang, ntar sore aku ada janji sama bosku. Aku disuruh datang ke kantornya.” Jelas Denny yang membuatku sedikit kecewa.
“Yaahh, ko gitu sih. Nggak bisa ya temenin sehari ini aja. Please… !!” Rengekku. Tapi Denny tetap bilang tak bisa. Moodku pun mulai down. Sedari tadi aku membayangkan ingin berduaan sama Denny malah nggak  bisa. Aku bisa apa? Itu masalah kerjaannya. Aku pun pasrah, walaupun di hati rasanya sebel banget.
Denny pun pamit meninggalkanku sendirian. Ku telpon teman-temanku. Tapi tak ada satu pun yang menjawab. Semakin kesal saja hati ini. Tak peduli Denny lagi ngapain, lagi dimana atau sama siapa, ku telpon dia. Belum sempat denny mengucap kata hallo, aku langsung menyambar, melampiaskan rasa kesalku. Saking kesalnya, tak terasa aku mulai mewek dan nangis. Denny tak tega mendengarku. Dia putuskan untuk pergi ke rumahku lagi.
Saat aku membukakan pintu rumah, yang kudapati bukan hanya Denny, tapi juga teman-teman yang tadinya tidak menjawab telponku, mereka ada bersama Denny. Mataku yang masih merah dan berkaca-kaca langsung tersentak melihat mereka.
“Ko pada ngumpul sih?” tanyaku yang masih belum sadar juga dengan kejutan dari mereka. “ Sekongkol ya sayang sama mereka.” Ucapku mulai sadar. Denny pun tersenyum simpul menyikapinya. “Aaa… sayang tega !!” ucapku sembari memukul-mukul dadanya Denny. Denny memelukku. Dalam pelukannya dia mengucap kata maaf. “Maaf ya sayang, aku sudah bikin sayang kesal tadi. Maunya sih tadi smapai malam ngerjain sayang, tapi apa boleh buat, kasian liat sayang nangis-nangis.” Jelas Denny.
“Iya sayang, gak papa. Makasih ya.” Ucapku. Denny menyodorkan sebuah kado kecil. Ku sambut dank u buka kado itu. Taraaa… sepasang cincin indah tertancap di dalam sebuah kotak kecil berwarna merah. “ Bagus banget.” Ucapku.
“Itu cincin buat pertunangan kita. Kamu mau kan tunangan sama aku.” Pinta Denny di hadapan teman-temanku. Sedikit membuatku kaget dan bercampur bahagia juga. Jelas saja aku mau banget, karena itulah impianku. “Pakai dulu cincinnya, nanti aku bilang sama orang tua kamu, minta izin.” Ucap Denny. Senyum mengembang dari bibirku. Tak terlukiskan betapa bahagianya aku di hari itu.
Dua minggu berlalu setelah ulang tahunku. Semakin hari Denny semakin sibuk saja dengan kerjaannya. Tapi aku harus ngerti, walaupun semakin hari aku jarang komunikasi sama Denny. Smsku, telponku, sering dicuekin olehnya.
Satu minggu lagi ulang tahun Denny. Bisakah aku membalas surprise darinya? Kalau keadaannya seperti ini. Dia semakin sibuk dan nggak ada waktu buat aku. Apalgi dia belum tepatin janjinya meminta izin pada orang tuaku untuk tunangan sama aku. Alasannya sibuklah, nggak ada waktulah, nggak sempatlah. Tapi walaupun  begitu rasa sayangku pada Denny nggak pernah luntur.
Entah apa yang dilakukan Denny sekarang. Sudah tiga hari nggak ada kabar sama sekali darinya. Aku pun mulai cemas. Aku coba telpon ke teman-teman kerjanya, tapi mereka selalu bilang nggak tahu.
Hingga hari ulang tahunnya pun tiba. Aku coba telpon dia. Syukurlah dijawab, walaupun Cuma bisa ngomong bentar. Hanya sekedar ucapin selamat ulang tahun dan kasih doa untuk Denny yang sedang tugas ke luar kota. Sebuah kado special masih terbungkus rapi untuknya di sebuah meja kecil di kamarku. Karena Denny ke luar kota, aku memutuskan untuk memberikan hadiah itu sepulang dia dari tugasnya.
Tapi ternyata. Satu minggu berlalu. Dan dua minggu pun terlewati. Denny tak kunjung datang dari luar kota. Kali ini aku menemui salah satu teman baiknya, namanya Jo. Awalnya Jo bilang tidak tahu. Tapi setelah aku mengeluarkan jurus rengekanku yang disertai jurus bawelku, akhirnya Jo luluh juga. Namun yang kudengar darinya bukanlah sebuah berita bagus, malah kenyataan pahit yang kuterima.
“Nes, maaf ya sebelumnya. Gue nggak berniat bohong sama lo, tapi Denny yang selalu suruh gue untuk bohong dan jangan certain semua ini. “ Mulai Jo menjelaskan. “Denny sebenarnya selama ini sudah punya tunangan sebelum dia ketemu sama lo. Dia dijodohin Bokapnya sama cewek itu. Dan dua minggu yang lalu mereka sudah nikah. Maaf ya Nes.” Jelas Jo yang tampak bersalah memberitahukan kenyataan tentang Denny.
“Nggak… Nggak mungkin !! Denny sudah janji mau tunangan sama aku. Dia selama ini sayang sama aku.” Ucapku tak percaya. “Kalian sekongkol ya? Kalian mengerjai aku lagi kan?” lanjutku yang mulai histeris.
“Nes… sadar, Denny sudah jadi milik orang lain. dan lo mending lupain aja dia, dia sudah nggak pantas untuk lo sayangi lagi.”
Entah bagaimana rasanya untuk menggambarkan perasaanku. Rasanya terlalu cepat semua ini berakhir. Dia yang selama ini kau sayang dan aku percayai dia juga menyayangiku telah menjadi milik orang lain dan pergi meninggalkan aku. Tanpa pamit sedikitpun. Sakit bercampur kecewa. Ingin marah tapi sama siapa? Hanya air mata yang tak ada habisnya bercucuran mengaliri kedua pipiku. Benar kata teman-temanku, aku terlalu sayang sama Denny, hingga aku buta akan semuanya. Hingga ku tak menyadari sedikitpun bahwa cinta yang selama ini dia berikan adalah cinta palsu. Semua kenangan itu, kenangan palsu. Semua keindahan itu juga palsu. Semua yang kudapat darinya hanya palsu, hanya sebuah kebohongan belaka.


Dan bahkan cerita ini pun juga palsu, hanya sebuah karangan si penulis belaka ^_^

    ---END---

Jumat, 09 Desember 2011

MAAF DARI YOGA



Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas. Dan hari ini awal dari semester baru. Di sebuah Sekolah Menengah Atas Swasta ada beberapa guru baru, di antaranya adalah Ibu Yuni.
Dari pancaran wajahnya, tampak keramahan pada Ibu Yuni. Walaupun umurnya sudah 52 tahun, tapi beliau tampak seperti umur empat puluhan. Mungkin itu karena beliau yang murah senyum, sehingga menjadi tampak lebih muda.
Upacara bendera dimulai. Upacara berlangsung hikmad dari awal hingga pelaksanaan pengibaran bendera. Tak lama kemudian dating seorang siswa dengan penampilan yang tampak urakan. Dengan memakai topi yang miring, tanpa dasi, lengan baju digulung, dan tanpa kaos kaki. Seorang guru menghampiri siswa tersebut, dan langsung menegurnya. “ Yoga ! Kamu sangat keterlaluan. Kamu tahu hari ini hari pertama masuk sekolah, tak sepantasnya kamu dating jam segini dengan penampilan yang seperti itu !” tegur Pak Johan tampak marah melihat kelakuan Yoga yang tak pernah berubah walaupun dia sudah duduk di kelas 3 SMA.
Dengan santainya Yoga menjawab. “ Karena baru libur panjang saya belum terbiasa Pak pakai seragam sekolah dan bangun pagi.” Pak Guru tersebut hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Yoga itu.
“Sekarang kamu maju ke tengah lapangan. Berdiri di sana, dan kamu tidak boleh masuk barisan upacara.” Perintah Pak Johan.
“Siap Pak.” Jawab Yoga. Dengan santainya dia berjalan menuju tengah lapangan. Tak ada rasa bersalah dari mimik wajahnya.
Usai upacara, Yoga dihampiri lagi oleh Pak Johan. “ Tanda tangan !” Suruh beliau sembari menyodorkan sebuah kertas pernyataan pelanggaran peraturan sekolah.
“Dapet poin lagi saya Pak? “ Tanya yoga dengan santainya.
“Iya, dan poinmu sekarang sudah 50. Dan ini jangan lupa Surat Peringatan, kamu serahin pada orang tuamu.” Jelas Pak Johan. Yoga hnaya mengangguk dan membubuhkan tanda tangannya pada kertas yang disodorkan Pak Johan tadi. “Sekarang rapikan pakaianmu, dan mausk kelas !” Lanjut Pak Johan. Dan Yoga pun beranjak dari hadapan Pak Johan menuju kelasnya.
Yoga memasuki kelasnya. Bukannya duduk di tempat duduknya, Yoga malah duduk di meja salah satu siswi di kelas tersebut. “ Yoga, bu guru masuk.” Bisik siswi tersebut. Yoga memalingkan pandangannya. Tampak Bu Yuni sudah berada di belakang Yoga. Ibu Yuni hanya tersenyum melihat kelakuan Yoga. Baginya sudah biasa melihat kelakuan murid-murid nakal seperti Yoga. “ Kembali ke tempat duduk kamu.” Ucap Bu Yuni.
Bu Yuni sebagai guru baru, di amemperkenalkan dirinya di hadapan semua murid di kelas 3C.  Proses mengajar Bu Yuni berjalan lancar pada hari pertamanya, tapi tidak hari-hari berikutnya. Bu Yuni harus menghadapi kenakalan dan kejahilan Yoga. Bermacam kejahilan yang dilakukan Yoga pada Bu Yuni. Pernah Yoga menaruh permen karet di bangku Ibu Yuni, menempel secarik kertas di punggung Ibu Yuni, memboyong semua teman-teman di kelasnya hingga kelas kosong, hingga membocorkan ban motor Ibu Yuni, dan masih banyak lagi.
Tak seperti biasanya, Yoga yang selalu jahil pada Bu Yuni sekarang malah sebaliknya. Dia memberikan sebungkus kado untuk wali kelasnya tersebut.  Ibu Yuni pun rada curiga, tapi dia percaya saja pada Yoga, karena menurutnya mungkin Yoga sudah sadar akan kesalahannya selama ini, makanya Yoga member kado itu sebagai permintaan maafnya, pikir Bu Yuni.
“Wah, dapat hadiah dari siapa Bu?” Tanya salah seorang guru pada Bu Yuni.
“Dari Yoga Bu.” Jawabnya.
“Yoga? Murid nakal itu? Mana mungkin Bu.” Bantah guru tersebut.
“Mungkin saja Bu, kan semua orang bisa berubah.” Jawab Bu Yuni yang tak berprasangka buruk pada muridnya itu. Saat Bu Yuni membuka hadiah tersebut, tiba-tiba ada yang melompat dari isi kotak itu. Seekor kodok keluar dari dalam kotak kado tersebut. Bu Dina yang melihat kejadian itu langsung berteriak, sehingga membuat guru-guru lain berdatangan.
“Ada apa Bu? Ada apa?” Tanya guru-guru tersebut khawatir.
“Itu ada kodok !” tunjuk Bu Dina kea rah Bu Yuni.
“Mana?” Tanya guru-guru yang lain. “Mana kodoknya?” Tanya Pak Johan.
“Sudah pergi Pak kodoknya.” Jawab Bu Yuni yang tampak tenang-tenang saja. Padahal kodok tadi melompat ke arah wajahnya.
“Aduuuhh Bu… sudah saya bilang Yoga itu nggak mungkin baik.” Seru Bu Dina. Bu Yuni hanya tersenyum mendengar ucapan Bu Dina. Sedangkan Yoga, lagi-lagi dia dipanggil oleh Pak Johan, Kepala Seksi Kesiswaan di sekolah itu. Yoga kembali mendapat poin, dan poinnya sekarang bertambah jadi 60 poin. Yoga juga disuruh minta maaf pada Bu Yuni, tapi malah tidak dilakukannya.
Hari ini tak seperti biasanya. Yoga menjadi anak baik, karena Bu Yuni hari ini tidak masuk. Tapi ada yang aneh. Bu Yuni bukan cuma 1 hari tidak masuk mengajar, tapi hari berikutnya pun tidak ada.
Sudah 1 minggu lebih Bu Yuni tidak masuk mengajar. Ada kabar, Bu Yuni masuk rumah sakit. Selama sakit, Bu Yuni digantikan dengan guru lain. Yoga merasa tidak ada guru yang bisa dia jahilin. Dia pun menjahili guru pengganti Bu Yuni. Tapi guru tersebut tak seperti Bu Yuni. Guru itu selalu melapor pada Pak Johan atas perbuatan Yoga. Hingga poin Yoga pun bertambah menjadi 90 poin. Dan 10 poin lagi maka Yoga akan dikeluarkan. Orang tua Yoga juga dipanggil lagi ke sekolah. Tak hanya skors yang Yoga apatkan, dia juga mendapatkan hukuman di rumah. Yoga tidak boleh kemana-mana. Dia dikurung di rumah.
Tak lama terlintas suara Bu Yuni di pikiran Yoga. Bu Yuni pernah berkata padanya, “ Apapun yang Yoga lakukan pada Ibu, Ibu tidak akan marah, sekalipun itu membuat hati Ibu kesal. Percuma kekerasan dibalas dengan amarah. Dan Yoga juga tidak perlu meminta maaf, karena Ibu selalu memaafkan Yoga.” Tiba-tiba Yoga kepikiran untuk meminta maaf pada Bu Yuni. Yoga sadar saat itu sudah semakin malam, tapi Yoga tetap pergi menuju rumah sakit. Tekadnya kuat pada saat itu untuk meminta maaf pada Bu Yuni.
Hingga di perjalanan pun Yoga masih terpikir betapa bersalahnya dia selama ini. Apa yang dia lakukan pada Bu Yuni sangatlah salah, dan Bu Yuni tak pernah dendam pada Yoga, malah sebaliknya, Bu Yuni baik sekali padanya. Bahkan baginya minta maaf pun tak cukup untuk menebus dosanya.
Sibuk dengan lamunannya, Yoga tersentak saat menyadari ada seekor kucing yang melintas di depannya. Yoga berusaha menghindari kucing itu. Namun naasnya, Yoga malah menabrak trotoar jalan.
Yoga membuka matanya. Tampak Pak Johan dan teman-temannya berdiri di sampingnya. “Mana Bu Yuni?” Ucap Yoga perlahan. Namun yang lain hanya terdiam, tak ada yang menjawab Yoga. “Pak… saya mau ketemu Bu Yuni.” Ucap Yoga lagi dengan lemasnya. “Saya mau minta maaf Pak, saya sudah banyak salah sama Bu Yuni.” Sambungnya.
“Yoga, simpan saja maaf kamu itu, Bapak Yakin Bu Yuni pasti sudah memaafkan kamu. Karena kita semua tahu bagaimana baiknya Bu Yuni.” Pak Johan mulai membuka mulut.
“Iya saya tahu Pak, tapi saya mau ketemu Bu Yuni.” Yoga bersikeras ingin menemui Bu Yuni.
“Yoga… Bu Yuni sudah tidak ada.” Ucap salah seorang teman Yoga, yang dari tadi sudah tak tahan ingin mengungkapkan bahwa Yoga terlambat, karena Bu Yuni sudah diambil Yang Maha Kuasa.
“Maksudnya? Bu Yuni pindah?” tanya Yoga.
“Bu Yuni sudah meninggal.” Jawab Pak Johan dengan nada bicara yang rendah. Yoga pun kaget mendengar berita tersebut. Rasa tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Pak Johan. Semua niatnya terlambat, dan membuat rasa bersalah didirinya semakin besar.
Pikirannya semakin berkecamuk. Walaupun dia sadar Bu Yuni telah memaafkannya, tapi Yoga tak pernah bisa berbuat baik pada Bu Yuni. Dia tak bisa member kenangan indah pada Bu Yuni. Hanya kenakalanlah yang bisa dia berikan selama ini pada guru yang dia sayangi itu. Setelah dia ingin memulainya dari awal, namun semuanya terlambat.
Kini Yoga hanya bisa bertemu Bu Yuni di pemakaman. Menaburkan sekumpulan bunga. Dan berbicara lewat do’a. 


--END--

bagi pembaca mohon kritik dan sarannya yaa.. ^^